Padang Mountain
Seperti biasa, selalu menunggu liburan sekolah untuk punya cerita sama dia.
Lagi dan lagi, liburan sekolah menjadi moment yang ditunggu untuk selalu bisa bertemu dengannya, tapi mungkin ada yang sedikit berbeda karna aku dan Diki sudah duduk dibangku kelas 11 dan liburan kali ini adalah sebuah pertemuan yang direncanakan. Liburan kali ini, aku bersama 8 temanku kala itu berencana pergi ke Gunung Padang. Kami pergi berpasang-pasangan dan yaa aku tentunya akan berboncengan dengan Diki, semua berpasangan cowo dan cewe karna jalanan menuju tempatnya lumayan curam dan harus banyak berhati-hati. Waktu itu aku bersama temanku bertemu dirumah teman ceweku untuk berkumpul sebelum kami berangkat ke tujuan. Kami menginap semalam sebelum keesokan paginya kami berangkat bersama (convoy). Banyak sekali kejadian selama perjalanan, beberapa dari kami terjatuh dari motor dan motor kami juga mengalaminya karna terkejut melihat teman tepat didepan kami terjatuh. Untungnya kami bisa menyelamatkan diri dan loncat dari motor, jadi hanya motornya saja yang sempat mencium aspal (tanah).
Tak lama setelah kejadian itu, kami melanjutkan perjalanan dan aku adalah urutan motor sebelum motor terakhir dan sesekali kami menengok kebelakang untuk memastikan mereka masih terlihat beriringan. Karna lama tak terlihat, akhirnya kami memutuskan untuk berhenti menunggu sampai mereka terlihat kembali. Sesampainya mereka didepan kami, baju mereka sudah kotor berlumpur dan ternyata mereka baru saja jatuh dari motor. Karna hanya aku dan Diki yang masih menunggu mereka, kami bertukar posisi agar mereka tidak lagi tertinggal. Kami melanjutkan perjalanan kami ke tempat tujuan. Sesampainya ditempat tujuan, kami harus sedikit berjalan dan menaiki banyak anak tangga untuk bisa sampai ke puncak Gunung Padang. Sebenarnya, Gunung yang kami kunjungi ini bukanlah gunung pada umumnya, karna Gunung ini hanya dataran tinggi yang diatasnya terdapat tumpukan-tumpukan bebatuan seperti batu yang digunakan untuk menyusun candi dan anak tangga untuk sampai keatasnya sangatlah curam. Seperti biasa, sesampainya kami diatas pasti akan mengabadikan moment bersama itu, kami beristirahat dan juga berfoto menggunakan kamera yang sengaja Diki bawa dari rumah. Sesekali Diki memberiku perhatian selama perjalanan, dari mulai menanyakan "ada yang luka? Pegel ya?" yaa namanya juga anak muda (modus). Kami tidak berdiam lama-lama dipuncak, karna waktu sudah menunjukkan waktu dhuhur dan cuaca sudah sangat panas jika kami harus menetap dipuncak Gunung Padang.
Kami shalat berjamaah di mushola terdekat, dan kami memutuskan untuk langsung pulang. Kami mengambil jalan yang berbeda dari jalan pertama yang kita lewati, karna salah satu dari teman kami bilang jalannya lebih cepat untuk sampai kerumah. Kami memasuki area tersebut dan terkejut karna jalanannya lebih curam dari yang sebelumnya, penuh dengan bebatuan tajam yang hanya tersisa jalan setapak diujung jalannya yang hanya bisa dilewati satu motor. Jalanan itu turunan tajam yang dipenuhi bebatuan dan kami harus menunggu giliran agar bisa menjaga jarak, menghindari kejadian saat perjalanan sebelumnya. Lagi dan lagi beberapa teman kami jatuh dari motor, tapi untungnya semua cewe sudah diminta turun sebelum mereka melewati jalan turunan itu dan kami berjalan. Setelah kami melewati jalan itu, motor salah satu teman kami tidak menyala, sampai akhirnya kami memutuskan untuk bertanya ke warga setempat untuk meminta bantuan mengangkut motor teman kami sampai kerumah. Ada sebuah kejadian lucu kala itu, motor teman kami yang tadinya mati tersebut ternyata bisa menyala lagi setelah kami sampai dirumah teman kami. Tapi memang tidak bisa dipungkiri, mungkin kami semua juga sudah kelelahan dan ingin segera sampai dirumah, jadi kami memutuskan untuk mengankut motornya sampai rumah.
Kami beristirahat sejenak dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Awalnya aku mau naik angkot saja karna aku tidak membawa helm dari rumah, tapi Diki memintaku untuk tetap ikut dengannya dan mencari jalan yang aman agar terhindar dari razia motor. Kami pulang sore itu, Ibuku sudah menanyakan keberadaanku karna takut kehabisan angkot menuju rumah dan aku terpaksa berbohong kalau aku masih diangkot terjebak macet, tanpa sepengetahuannya aku pulang dengan Diki. Aku meminta Diki untuk tidak mengantarkanku sampai depan rumah karna aku masih takut untuk memberitahu ibuku kalau aku maen bersama teman cowo. Diki menurunkanku tepat disebrang gapura komplek rumahku dan ternyata Ibu melihatku turun dari motornya. Rasa takut dimarahi tentu ada, tapi diluar dugaanku, Ibu malah menertawakanku dan bertanya "Kenapa diturunkan dipinggir jalan, kenapa tidak sampai depan rumah" dan jawabku jujur kepadanya kalau aku takut dimarahinya, tapi lagi dan lagi ibu menertawakanku dan memberiku nasehat untuk meminta diantarkan sampai depan rumah jika suatu saat diantarkan pulang teman cowo. Aku hanya tersipu malu karna Ibu terus menertawakanku hhmm.
Liburanku berakhir dan aku harus kembali ke Pesantren, tapi mungkin cerita selanjutnya akan berbeda karna aku tak lagi harus menunggu liburan sekolah untuk bisa bertemu dia.
Menarik juga dan berkesan
BalasHapus